Rabu, 25 Februari 2015

IMAN TANPA PERBUATAN

Iman Tanpa Perbuatan – Alkisah ada seorang anak yang memiliki semangat yang menyala-nyala dalam melayani Tuhan. Berbagai kegiatan pelayanan dia ikuti. Dari paduan suara, buletin, pelayan mimbar, pengurus pemuda/remaja di gerejanya, belum lagi pelayanan-pelayanannya di kampus.
Sampai-sampai anak tersebut menelantarkan kuliahnya. Pada suatu saat ada acara pemuda dan dia ditugaskan menjadi koordinator sie dekorasi. Acara diadakan hari jumat sore, padahal jumat paginya dia harus mengikutin ujian akhir semerter. Karena dia merasa diberi tanggung jawab sebagai koordinator, maka dia mengabaikan ujiannya dan tetap ikut mendekor sampai dini hari. Sepulang dari gereja dia merasa sangat lelah dan akhirnya tertidur. Keesokan paginya dia bangun kesiangan, ujian dimulai jam 8.00 dan dia baru bangun jam 7.30, padahal jarak tempuh rumah – kampus sekitar 20 menit. Dengan tergesa-gesa dia mandi dan berangkat, singkat cerita sampailah di kampus. Sebelum mengerjakan soal anak tersebut berdoa, “Tuhan, aku berserah kepadaMu. Kau Allah yang jauh lebih besar dari semua masalahku, aku percaya Kau sanggup menolongku mengerjakan soal-soal tes ini. Amin.” Apa yang terjadi kemudian? Setelah beberapa minggu keluarlah nilai ujian dan ternyata anak tersebut dinyatakan tidak lulus.

“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Menurut Ibrani 11 : 1. Namun penjelasan tentang iman tidak hanya seperti itu saja. Iman bukan sekedar percaya bahwa kita pasti akan mendapat apa yang kita inginkan. Anak tersebut di atas bisa dikatakan memiliki “iman” karena dia percaya bahwa Tuhan sanggup menolong dia mengerjakan soal-soalnya dan dapat lulus dalam ujian mata kuliah tersebut. Tetapi apa yang terjadi? Dia gagal dalam ujiannya. Hal tersebut disebabkan karena “iman”nya tidak berdasar pada sesuatu yang benar. Dia mengatakan percaya tapi tidak disertai dengan tindakan iman. Banyak orang kristen beranggapan bahwa iman itu hanyalah sekedar percaya dan yakin pada diri sendiri.

Tentu bukan iman yang seperti itu yang Tuhan kehendaki. Tuhan menuntut sebuah ketaatan dan kerja keras kita untuk membuktikan iman kita. fokus dari iman yang benar bukanlah pada tujuan atau sesuatu yang ingin kita raih, melainkan pada Tuhan. Bagaimana pengorbanan kita untuk menunjukkan iman kita. Seperti iman Abraham kepada Allah, dia rela mempersembahkan anak satu-satunya kepada Allah. Itulah iman yang benar. Jadi jangan hanya berpendapat bahwa iman hanya sekedar percaya saja, tetapi Allah butuh tindakan nyata kita karena iman tanpa perbuatan hakikatnya adalah mati.

“Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?”

Yakobus 2 : 14

0 komentar: